Setelah Jakarta lumpuh oleh aksi demonstrasi sopir Bluebird ,Senin (22/3) lalu. Seorang budayawan membroadcast tulisan lewat grup Peduli Negara (3) Whatsapp (WA). Ia mengatakan:
“Anda boleh membenci Karl Marx sampai ke ubun-ubun, tapi sulit dibantah kalau ia juga berkata benar. Dalam kritiknya kepada kapitalisme, Marx mengatakan perubahan adalah satu keniscayaan. Dalam hal ini “perubahan kekuatan produksi akan mengubah hubungan produksi”. Teknologi adalah kekuatan produksi yang dalam perkembangannya akan merombak hubungan produksi. Teknologi mengubah hubungan sosial, politik, dan kebudayaan dibangun di atasnya.
Dalam kata lain, teknologi selalu bersifat disruptif bagi hubungan produksi. Demikianlah hubungan “buruh dan majikan” menjadi buram dalam dunia yang dianyam oleh Internet ini. Perusahaan taksi kedodoran menghadapi Uber, Grab, dan juga Gojek. Rantai keuntungan dipangkas, tempat buat akumulasi laba tanpa kerja menjadi kian sempit. Berkat teknologi, para pekerja berpeluang menjadi tuan bagi dirinya sendiri.
Dalam esainya yang monumental Why Socialism (1949) di Monthly Review, Albert Einstein, si jenius fisika itu mengatakan akar kejahatan ekonomi adalah kapitalisme, dan sosialisme adalah jalan keluar yang patut dipertimbangkan. “The achievement of socialism requires the solution of some extremely difficult socio-political problems: how is it possible, in view of the far-reaching centralization of political and economic power, to prevent bureaucracy from becoming all-powerful and overweening? How can the rights of the individual be protected and therewith a democratic counterweight to the power of bureaucracy be assured?”.
Tapi tentu saja bagi Anda pembenci Marx, di musim aksi Anti-Komunis hari-hari ini, baik Marx dan Einstein punya dosa rangkap: mereka penganjur sosialisme dan Yahudi.
Kebetulan beberapa hari sebelumnya Profesor Marcello Musto dari Kanada mengirimkan Bergelora.com artikel dibawah ini dengan judul asli :
Marx Is Back
Bertentangan dengan perkiraannya yang terlupakan dalam beberapa tahun terakhir,– Karl Marx hari ini telah kembali menjadi perhatian para ahli internasional. Kemampuannya terus menjelaskan dunia sekarang ini, menegaskan kembali keabsahan teorinya,– setelah para ahli di Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan Asia menjadi lebih sering mengkaji tulisan-tulisan Marx.
Ilustrasi yang paling signifikan dari penemuan kembali ini adalah dimulainya kembali publikasi karya-karya Marx. Bahkan,– meskipun difusi besar pemikiran Marx pada abad kedua puluh , masih belum ada edisi lengkap dan ilmiah dari karya-karyanya sampai saat ini. Marx terbukti sebagai pemikir terbesar kemanusiaan.
Untuk memahami bagaimana hal itu mungkin, kita perlu mempertimbangkan perubahan-perubahan bervariasi dari gerakan kelas pekerja yang terlalu sering menghalangi, ketimbang memfasilitasi penerbitan tulisan-tulisan Marx. Setelah Marx dan Engels meninggal, konflik dalam Partai Sosial Demokrat Jerman menyebabkan kelalaian besar terhadap warisan tulisan Marx dan Engels. Usaha pertama untuk mempublikasikan karya-karya mereka lengkap, Marx-Engels-Gesamtausgabe (MEGA), dibuat di Uni Soviet hanya pada tahun 1920 tetapi pada awal 1930-an terjadi pembersihan oleh Stalin, yang juga melanda para intelektual akademis utama yang terlibat dalam proyek itu. Kemunculan Nazisme di Jerman tiba-tiba tentu mengganggu karya-karya pada edisi ini.
Pada tahun 1975 ada usaha kembali untuk mereproduksi seluruh tulisan pemikir yang disebut MEGA, mulai tapi ditangguhkan juga, kali ini sebagai akibat dari jatuhnya Tembok Berlin. Pada tahun 1990, International Marx-Engels Foundation (Imes) diciptakan dengan tujuan menyelesaikan edisi ini, membawa bersama-sama pada inetlektual akademis dari tiga benua yang berbeda. Proyek ini sangat penting, terutama karena sejumlah besar manuskrip Marxist masih tetap belum dipublikasikan. Upaya ini akan digunakan sebagai dasar untuk semua terjemahan baru dari karya Marx dan Engels dalam semua bahasa.
MEGA ini terdiri dari empat bagian yaitu, semua karya-karya mereka; korespondensi mereka; modal dan beberapa draft-nya; dan lebih dari dua ratus notebook pada topik yang paling beragam dalam delapan bahasa, lokasi pengembangan Marxisme. Sampai saat ini 58 dari 114 volume yang direncanakan telah diterbitkan. Sebanyak 18 volume lainnya dilanjutkan pada tahun 1998. Setiap volume terdiri dari dua buku-buku tebal yang besar terdiri dari satu untuk teks dan yang lainnya untuk para kritikus. Informasi lebih lanjut bisa mengunjungi www.bbaw.de/vs/mega.
Marx yang seperti apa yang muncul pada edisi baru dari sejarah dan kritik kali ini? Pastilah berbeda dari yang digambarkan oleh musuh dan para pengikutnya selama ini. Namun paradoks pasti akan tampak. Karl Marx sering ‘disalah mengertikan’ oleh banyak orang. Selama ini telah terjadi, epigon sistimatis yang berulang dari teori kritik Marx, pemiskinan teori yang disertai penyebarannya, manipulasi dan sensor dari tulisan-tulisannya dan pemanfaatannya untuk alasan instrumental untuk diktat politik,– telah ikut membuatnya sebagai korban dari salah pikiran yang mendalam dan berulang.
Penemuan kembali karyanya menunjukkan perbedaan antara Marx dan ‘Marxisme-Leninisme’, antara kekayaan kerangka masalah dan polimorf yang masih harus dieksplorasi, dan doktrin yang mengubah konsepsi aslinya sampai sebatas menjadi penolakan terhadap manifestonya. Patung-patung batu, yang berdiri di ruang publik di banyak negara liberal di Eropa Timur yang menggambarkan Marx sebagai nabi dengan kepastian dogmatis tentang masa depan,— sekarang akan diganti dengan gambar dari seorang penulis yang,–sampai kematiannya, meninggalkan sebagian besar dari tulisan-tulisannya yang belum selesai sehingga mendedikasikan dirinya untuk penelitian lebih lanjut agar diuji kebenaran dan kekuatan tesis-tesisnya.
Untuk itu ada dua contoh, satu adalah karakter fragmentaris pada The German Ideology di edisi terbaru, yang membuktikan ada pemalsuan interprestasi pada ‘Marxis-Leninis’ dengan mengubah naskah ini menjadi sebuah eksposisi lengkap tentang ‘materialisme historis’ tanpa Marxisme. Konsep Marx sendiri tentang sejarah perlu penulusan kembali dalam totalitas karyanya.
Contoh lainnya adalah penerbitan buku Das Capital kedua dan ketiga, yang memberikan terang pada lebih dari lima ribu editorial Engels yang menunjukkan bahwa, Capital masih jauh dari konklusi dan masih merupakan catatan sementara dalam masih perlu dikembangkan lagi. Penyelesaian segera dari publikasi semua karya asli yang diwariskan oleh Marx pada akhirnya akan memberikan penilaian tepat
Apa yang telah dipastikan adalah nilai dari upaya intelektual tanpa henti seorang Karl Marx. Walaupun belum selesai, tapi tetap merupakan upaya genius dan menyajikan kekayaan analisa untuk melihat dunia kontemporer. Dihadapkan dengan kontradiksi saat ini dan krisis masyarakat kapitalis, dalam edisi-edisi ini kita menyoroti kembali Marx yang sama, yang terlalu cepat kita singkirkan setelah 1989. Setelah membersihkan kesalahan pikir selamaini, diharapkan ini kali kita akan mendengar langsung dari manusia Marx sendiri.
Pengantar Redaksi
Marcello
Musto