Mitos ‘Marx Muda’ dalam Penafsiran-penafsiran atas Naskah-naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844 (Bagian II)

Penafsiran awal dari (Naskah-naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844)
KETIKA pertama kali terbit pada tahun 1932, Manuskrip Ekonomi-Filsafat tahun 1844 menjadi salah satu materi utama pertentangan antara ‘Marxisme Soviet’ dan ‘Marxisme Barat’.
Pengantar yang menyertai publikasi keduanya menghasilkan perbedaan pendekatan yang tajam. Viktor Adoratskii, direktur MEGA yang menggantikan David Ryazanov pada tahun 1931, setelah pembersihan Institut Marx-Engels (baru-baru ini berganti nama menjadi Marx-Engels-Lenin Institute), mempresentasikan tema manuskrip sebagai sebuah ‘analisis tentang uang, upah, bunga modal, dan sewa tanah’. Sebaliknya, Landshut dan Meyer berbicara tentang sebuah karya yang ‘pada intinya sudah mengantisipasi Capital‘, karena ‘tidak ada ide baru yang fundamental’ yang nantinya muncul dalam oeuvre (karya-karya substansial) Marx. Manuskrip Ekonomi-Filsafat tahun 1844, tulis mereka, sebenarnya adalah karya utama Marx. Terlepas dari karakter yang jelas-jelas dipaksa dari klaim mereka bahwa manuskrip tahun 1844 adalah inti dari perkembangan pemikiran Marx, interpretasi ini segera mencapai kesuksesan besar dan bisa dilihat sebagai sumber asli dari mitos ‘Marx Muda/Young Marx’.
Herbert Marcuse juga menyatakan bahwa Manuskrip Ekonomi-Filsafat tahun 1844 memaparkan premis filosofis dari kritik Marx terhadap ekonomi politik. Dalam sebuah esai bertajuk ‘The Foundation of Historical Materialism’, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1932 di Die Gesellschaft, Marcuse berpendapat bahwa ‘penerbitan Manuskrip Ekonomi dan Filsafat yang ditulis Marx pada tahun 1844 (ditakdirkan) menjadi peristiwa penting dalam sejarah studi-studi Marxis.’, karena menempatkan ‘diskusi tentang asal dan makna asli materialisme sejarah (…) pada pijakan baru’. Manuskrip 1844 telah menunjukkan kepalsuan pandangan yang diajukan oleh para eksponen Komunisme Soviet dan  Internasional Kedua, bahwa dalam Marx terdapat ‘ sederhananya (…) transformasi dari filsafat ke basis ekonomi dan selanjutnya filsafat bentuk (ekonomi) telah diatasi dan “diselesaikan” sekali dan selamanya’. Sejak penerbitan Manuskrip, adalah mustahil menganggap Marxisme secara esensial adalah sebuah doktrin ekonomi.
Beberapa tahun kemudian, minat pada ‘Marx Muda’ mengarah untuk mempelajari hubungannya dengan Hegel – sebuah lintasan penelitian yang didorong oleh publikasi baru-baru ini dari manuskrip filsuf Jerman tersebut dari masa-masanya di Jena. Georg Lukács, dalam karyanya 1938 The Young Hegel: Studies in the Relations between Dialectics and Economics, adalah salah satu ahli teori Marxis utama yang membandingkan dua set tulisan awal ini – termasuk Marx tentang filsafat dan Hegel tentang ekonomi – dan untuk menggambar apa dilihatnya sebagai analogi tertentu di antara mereka.

Popularitas ‘Marx Muda’ di Prancis Pascaperang
Ketika Perang Dunia Kedua memberi jalan kepada rasa kesedihan mendalam yang dihasilkan dari kebiadaban Nazisme dan fasisme, tema kondisi dan nasib individu dalam masyarakat memperoleh keunggulan besar. Minat filosofis yang berkembang pada Marx tampak jelas di mana-mana di Eropa, terutama di Prancis, di mana studi mengenai tulisan-tulisan awalnya adalah yang paling luas dilakukan. Seperti dikatakan filsuf-cum sosiolog Henri Lefebvre, asimilasi mereka adalah ‘peristiwa filosofis yang menentukan dari periode itu’. Dalam proses yang beraneka ragam ini hingga tahun 60-an, sejumlah penulis dari latar belakang budaya dan politik yang berbeda berusaha untuk menyelesaikan sintesis filosofis dari Marxisme, Hegelianisme, eksistensialisme dan pemikiran Kristen. Perdebatan tersebut menghasilkan banyak tulisan yang buruk dan, lebih dari itu, mendistorsi teks-teks Marx agar sesuai dengan keyakinan ideologis dari mereka yang mengambil bagian dalam perdebatan itu.
Dalam sebuah karya tahun 1948 berjudul Sense and Non-sense, Maurice Merleau-Ponty menyatakan bahwa pemikiran awal Marx lebih bercorak ‘eksistensialis’. Setelah membaca Manuskrip Ekonomi-Filsafat 1844, dan di bawah pengaruh filsuf Alexandre Kojève, ia menjadi yakin bahwa Marxisme sejati adalah humanisme radikal yang sama sekali berbeda dengan ekonomisme Soviet yang dogmatis, dan bahwa adalah mungkin untuk merekonstruksi bangunan dasarnya dari tulisan-tulisan Marx pada awal tahun 1840-an. Sejumlah filsuf eksistensialis terlibat dalam pembacaan yang sama, membatasi diri mereka pada bagian kecil (dan tidak pernah selesai) dari hasil intelektual Marx dan seringkali menghilangkan hampir seluruhnya studi tentang Capital.
Raymond Aron mengembangkan kritik pedas terhadap kecenderungan semacam itu. Dalam bukunya Imaginary Marxisms yang diterbitkan pada tahun 1969, ia menulis tentang ‘imam-imam jesuit’ dan ‘para-Marxis Paris’ yang, di tengah keberhasilan filsafat fenomenologis-eksistensial, ‘menafsirkan karya-karya (Marx) dewasa dalam terang utopianisme filosofis (awal)’ dan bahkan ‘mensubordinasikan Capital di hadapan tulisan-tulisan masa mudanya (terutama Naskah Ekonomi-Filsafat 1844), yang ketidakjelasan, ketidaklengkapan, dan kadang-kadang karakter yang bertentangan menjadi sumber daya tariknya.’ Apa yang gagal dipahami penulis seperti itu adalah bahwa ‘Jika Marx tidak memiliki harapan dan niat untuk membumikan kedatangan komunisme dengan ketelitian ilmiah, dia tidak perlu bekerja selama tiga puluh tahun untuk Capital (juga tidak sempat menyelesaikannya). Beberapa minggu dan beberapa halaman sudah cukup.’
Penulis yang bersikeras, lebih dari yang lain, pada ‘diskontinuitas absolut’ dalam karya Marx adalah Louis Althusser. Kumpulan esainya For Marx, memicu banyak reaksi dan polemik setelah diterbitkan pada tahun 1965, dan menjadi teks yang paling banyak dibahas terkait tulisan-tulisan awal Marx. Posisi Althusser adalah bahwa Tesis tentang Feuerbach dan The German Ideology menandai ‘jeda epistemologis’ yang jelas, ‘kritik terhadap (Marx) yang sebelumnya merupakan hati nurani filosofis (ideologis)’, dan bahwa karyanya dapat dibagi menjadi ‘dua periode penting yang panjang: sebelum tahun 1845 adalah periode ‘ideologis’, dan sesudahnya adalah periode ilmiah’.
Althusser menganggap Manuskrip Ekonomi-Filsafat tahun 1844 secara paradoksikal sebagai “teks terjauh yang dihapus pada hari ketika akan terbit”:
Marx yang paling jauh dari Marx adalah Marx ini, Marx berada di tepi jurang, di ambang pintu, di perbatasan – seolah-olah, sebelum jeda, untuk mencapainya, ia harus memberikan filsafat setiap kesempatan, untuk terakhir kalinya, kekuasaan absolut atas kebalikannya, kemenangan teoretis tanpa batas, yaitu kekalahannya.
Kesimpulan Althusser yang aneh adalah bahwa ‘kita tidak dapat mengatakan secara mutlak bahwa “Marx muda adalah bagian dari Marxisme”’. Aliran Althusserian menjadikan ini sebagai salah satu poin utama dari interpretasinya terhadap Marx.
Di Prancis, kemudian, eksistensialis memperlakukan Naskah Ekonomi-Filsafat 1844 sebagai teks yang sangat merangsang, sementara Jesuit mengangkatnya sebagai spanduk humanisme; yang lain mencelanya sebagai sisa filosofis muda atau melewatinya sebagai bagian yang diragukan dari ‘Marxisme’; dan yang lain lagi masih menyatakannya sebagai teks kunci yang berisi premis filosofis karya ekonomi Marx selanjutnya. Apa yang tidak diragukan adalah bahwa mereka berhasil menarik perhatian besar, tidak hanya di kalangan Marxis, dan di antara karya-karya filosofis yang paling banyak dijual selama lebih dari dua dekade. Pada periode pascaperang, mereka menginformasikan debat teoretis Prancis dan membantu memastikan bahwa Marx bisa dilihat dengan cara yang baru. Tentu saja, dengan demikian, ia menjadi kurang tajam dalam fitur-fiturnya dan lebih moralistik dalam nada, tetapi ia juga muncul sebagai penulis yang lebih waspada terhadap kegelisahan dari individu terkucil yang dihasilkan oleh konteks sosial. Semua ini memungkinkannya untuk berbicara kepada audiens yang lebih luas.

Naskah Ekonomi-Filsafat 1844 di ‘Blok Sosialis’ dan Negara-Negara Berbahasa Inggris
Selama bertahun-tahun, kaum Marxis yang paling terakreditasi di Uni Soviet dan Eropa Timur atau di partai-partai Komunis ortodoks mengabaikan Manuskrip Ekonomi-Filsafat 1844 atau memberikan interpretasi yang dangkal dan terbatas padanya. Ideologi Stalinis, dengan Stakhanovisme sebagai salah satu spanduknya, tetap sangat bermusuhan dengan konsep alienasi yang sangat menonjol dalam (Manuskrip Ekonomi-Filsafat Ekonomi 1844), dan tulisan-tulisan awal Marx, yang justru mendapatkan perhatian sangat besar di ‘Marxisme Barat’ sejak 1930-an. Butuh waktu sangat lama bagi manuskrip untuk mendapatkan tempat di negara-negara blok sosialis.
Banyak komentator atas teks ini menampilkan campuran yang meremehkan dan mengandung kebencian pada dekade 1940 dan 1950an. Tetapi  perlahan-lahan segala sesuatunya mulai berubah. Namun, pendirian banyak penulis dalam koleksi itu agak bermasalah. Berbeda dengan interpretasi dalam periode yang sama di Perancis, yang berusaha memikirkan kembali konsep-konsep Capital melalui kategori-kategori karya awal, para peneliti Soviet umumnya membuat kesalahan sebaliknya: mereka menganalisis karya-karya awal berdasarkan perkembangan teoritik Marx kemudian.
Sementara Naskah Ekonomi-Filsafat 1844 membuat kemajuan lambat dalam kanon materialisme dialektik (‘Diamat’ dalam bahasa Soviet), dan hanya setelah menghadapi banyak perlawanan ideologis dan politik, penerimaannya di negara-negara berbahasa Inggris mengalami keterlambatan yang sama. Bahkan, terjemahan pertama yang membangkitkan minat yang tersembunyi baru muncul pada 1961 di Amerika Serikat, karena iklim budaya dan politik pada masa itu yang masih ditandai oleh gelombang MacCarthyism yang menindas.
Alienation karya Bertell Ollman, yang diterbitkan pada tahun 1971 dan ditakdirkan sebagai salah satu karya paling berpengaruh dalam debat ‘Marx Muda’, juga mengadopsi sikap yang menguntungkan terhadap (Manuskrip Ekonomi-Filsafat Ekonomi 1844). Dia menulis: ‘Saya tidak menekankan perubahan dalam pemikiran Marx karena saya tidak melihat banyak di sana, terutama bila dibandingkan dengan kesatuan esensial dalam Marxisme sejak tahun 1844 dan seterusnya. (…) Bahkan dalam versi Capital yang diterbitkan, ada lebih banyak ide dan konsep “awal” Marx ketimbang yang secara umum diakui.’ Tesis ini menjadi sangat diterima di mana-mana, kecuali di kalangan yang berada di bawah hegemoni pemikiran Althusserian.

Published in:

IndoProgress

Pub Info:

18 December, 2019

Available in: