Superioritas, Patahan, atau Kontinuitas?
APAPUN disiplin akademik ataupun afiliasi politik mereka, para penafsir Naskah-Naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844 dapat dibagi ke dalam tiga kelompok.
Yang pertama terdiri dari mereka semua yang, dengan mempertentangkan naskah-naskah Paris dengan Kapital, menekankan keutamaan teoretis karya yang lebih awal tersebut. Kelompok kedua secara umum menyepelekan signifikansi naskah-naskah tersebut, sementara kelompok ketiga condong pada tesis bahwa ada kesinambungan teoretis antara naskah-naskah tersebut dengan Kapital.
Mereka yang mengasumsikan pembelahan antara Marx ‘muda’ dan ‘dewasa’, dan berargumen tentang kekayaan teoretis yang lebih besar pada yang pertama, menampilkan Naskah-Naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844 sebagai tulisannya yang paling bernilai dan membedakannya secara tajam dengan karya-karyanya yang belakangan. Secara khusus, mereka cenderung untuk meminggirkan Kapital, seringkali tanpa mempelajarinya secara mendalam—buku dengan tuntutan yang lebih berat untuk dipelajari dibandingkan dengan sekitar dua puluh halaman pembahasan tentang kerja yang teralienasi dalam Naskah-Naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844, yang mengenainya hampir semua mengajukan perenungan-perenungan filosofis. Para perintis garis penafsiran ini adalah Landshut dan Meyer, kemudian segera disusul oleh Henri de Man. Dengan menyoroti pemikiran Marx sebagai ajaran etis-humanis, penulis-penulis ini mengejar tujuan politik mereka, yaitu melawan ortodoksi kaku Marxisme Soviet tahun 1930-an dan menantang hegemoninya dalam gerakan kelas pekerja. Serangan teoretis ini menghasilkan sesuatu yang sangat berbeda, dan cenderung untuk memperluas lahan potensial teori Marxis. Meski formulasi-formulasinya seringkali kabur dan bersifat umum, Marxisme tidak lagi melulu dianggap sebagai teori ekonomi yang determinis dan mulai mendorong ketertarikan yang lebih besar dari sejumlah besar intelektual dan anak-anak muda.
Pendekatan ini mulai mengalami kemajuan segera setelah penerbitan Naskah-Naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844 dan terus memenangkan pengikut-pengikut baru hingga akhir 1950-an, sebagian karena efek eksplosif dari sebuah teks baru yang begitu berbeda dengan kanon dominan Marxisme. Sponsor-sponsornya adalah beraneka ragam kelompok Marxis heterodoks, Kristen progresif dan para filsuf eksistensialis, yang menafsirkan tulisan-tulisan ekonomi Marx sebagai langkah mundur dari apa yang mereka lihat sebagai sentralitas pribadi manusia dalam teori-teori awalnya. Setelah Perang Dunia Kedua, figur-figur utamanya adalah Their, Poppitz dan Hommes di Jerman, dan—meski mereka tidak secara jelas mendukung klaim superioritas naskah-naskah 1844—Merleau-Ponty, Bigo, Calvez, serta Axelos di Prancis dan Fromm di Amerika Serikat. Raymond Aron, yang pada 1968 menentang mereka yang melihat naskah-naskah tersebut sebagai pusat gravitasi Marxisme, secara sempurna merangkum paradoks mereka yang paling menusuk: ‘Dua puluh tahun lalu, ortodoksi dari area Latin Quarter menganggap Naskah-Naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844 sebagai kata final dalam filsafat Marxis, bahkan sekalipun, jika seseorang setia pada teks tersebut, Marx sendiri menertawakan bahasa dan tipe analisis yang ia adopsi dalam karya-karya awalnya.’
Kelompok penafsir yang kedua, yang menganggap Naskah-Naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844 sebagai teks transisional tanpa signifikansi khusus dalam perkembangan pemikiran Marx. Sejak pengantar Adoratskii pada edisi MEGA tahun 1932, posisi ini adalah yang paling dibaca luas di Uni Soviet dan negara-negara satelitnya yang belakangan. Kegagalan naskah-naskah tersebut untuk menyebut ‘kediktatoran proletariat’, bersama dengan kehadiran tema-tema seperti keterasingan manusia dan eksploitasi buruh yang menyoroti kontradiksi-kontradiksi yang paling nyata dalam praktik sosialisme Uni Soviet, menuntun pada pengucilannya oleh kepemimpinan puncak partai-partai Komunis. Bukan kebetulan bahwa naskah-naskah tersebut dieksklusikan dari edisi-edisi karya Marx dan Engels di beberapa negara ‘blok sosialis’. Terlebih lagi, banyak penulis dari kelompok ini yang sepenuhnya mendukung definisi Lenin tentang tahapan-tahapan dalam perkembangan pemikiran Marx—pendekatan yang belakangan dikanonisasikan oleh Marxisme-Leninisme, yang, selain dalam banyak hal patut dipertanyakan secara teoretis dan politis, menjadikan pengakuan atas karya penting Marx yang baru terbit untuk pertama kalinya delapan tahun setelah kematian sang pemimpin Bolshevik menjadi sebuah kemustahilan.
Seiring dengan perkembangan pengaruh mazhab Althusserian di tahun 1960-an, pembacaan ini juga menjadi populer di Prancis dan bagian Eropa Barat lainnya. Tetapi, meski prinsip-prinsip mendasarnya biasanya diatributkan pada Althusser sendiri, benih-benihnya sudah ada pada Naville: yaitu keyakinan bahwa Marxisme adalah sains dan bahwa karya-karya awal Marx, yang masih dijiwai oleh bahasa dan perhatian Hegelianisme Kiri, menandai sebuah tahapan sebelum kelahiran ‘sains baru’ dalam Kapital. Bagi Althusser, seperti telah kita lihat, Naskah-Naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844 merepresentasikan Marx yang paling jauh dari Marxisme.
Pandangan yang mempertentangkan tulisan-tulisan Marx awal dengan kritik ekonomi-politiknya, yang secara filologis tidak berdasar, beredar di kalangan Marxis pembangkang dan ‘revisionis’ yang ingin memprioritaskan tulisan-tulisan awal tersebut, dan kelompok Komunis ortodoks yang berfokus pada Marx ‘dewasa’. Keduanya berkontribusi pada kesalahpahaman yang prinsipiil dalam sejarah Marxisme: mitos ‘Marx Muda’.
Kelompok penafsir Naskah-Naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844 yang ketiga dan terakhir terdiri dari mereka yang, dari posisi politik dan teoretis yang berbeda, menangkap kesinambungan substansi dalam karya Marx. Pendekatan ini bisa dilacak hingga Marcuse atau Lukács di Jerman dan Hyppolite atau Rubel di Prancis, dan menjadi hegemonik dalam dunia berbahasa Inggris lewat karya Tucker, McLellan, dan Ollman, lalu menyebar secara lebih luas ke hampir seluruh penjuru dunia sejak tahun 60-an, seperti disaksikan oleh tulisan-tulisan Fischer, Avineri, Mészáros, dan Schaff. Ide tentang kesinambungan hakiki Marxian ini, yang bertentangan dengan pandangan tentang patahan epistemologis tajam yang mendiskualifikasi tulisan-tulisan yang lebih awal, menginspirasi beberapa penafsiran terbaik atas Naskah-Naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844, seperti karya non-dogmatis Lefebvre dan Mandel yang mampu mengapresiasi nilainya, dengan segala kontradiksi dan ketidaklengkapan dalam naskah-naskah tersebut. Meski demikian, tetap ada kesalahan-kesalahan penafsiran—yang paling jelas dalam beberapa penulis adalah sikap meremehkan perkembangan-perkembangan pemikiran Marx pada tahun 1850-an dan 1860-an dalam bidang ekonomi-politik. Hal ini seiring dengan kecenderungan untuk merekonstruksi pemikiran Marx melalui koleksi kutipan, tanpa memperhatikan periode-periode penulisannya. Seringkali hasilnya adalah penyesuaian dengan visi partikular sang penafsir sendiri, lewat potongan-potongan yang dirangkai begitu saja dari Naskah-Naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844 dan Kapital, seolah-olah karya Marx merupakan teks yang ditulis secara bersamaan.
Keterbatasan-Keterbatasan Marx di tahun 1844
Menggarisbawahi pentingnya Naskah-Naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844 demi pemahaman yang lebih baik tentang perkembangan pemikiran Marx tidak berarti bersikap diam atas keterbatasan-keterbatasan dalam teks yang ditulisnya waktu muda ini. Dalam teks tersebut, Marx belum mulai menyerap konsep-konsep dasar ekonomi-politik, dan konsepsinya tentang komunisme tidaklah lebih daripada sintesis yang membingungkan dari studi-studi filsafat yang ia lakukan sebelumnya. Meski memikat, khususnya bagaimana ia mengombinasikan ide-ide filosofis Hegel dan Feuerbach dengan kritik teori ekonomi klasik dan dengan protes atas alienasi kelas pekerja, Naskah-Naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844 hanyalah eksperimentasi awal, sebagaimana nyata dalam kerancuan dan sifat eklektiknya. Naskah-naskah tersebut memperjelas jalur yang Marx ambil, tetapi jarak yang jauh tetap memisahkan mereka dari tema-tema dan argumen dari bukan hanya Volume 1 Kapital yang selesai tahun 1867, tetapi juga dari naskah-naskah persiapan Kapital, salah satunya diterbitkan, yang Marx siapkan sejak tahun 50-an.
Kontras dengan analisis-analisis yang entah memainkan keunikan ‘Marx Muda’ atau coba memaksakan patahan teoretis pada karyanya, pembacaan-pembacaan yang paling tajam atas Naskah-Naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844 tahu bagaimana memperlakukan naskah-naskah tersebut sebagai karya yang menarik, namun hanya mencerminkan tahapan awal dalam trayektori Marx. Seandainya ia tidak melanjutkan penelitiannya dan hanya berhenti pada konsep-konsep dalam naskah-naskah Paris, ia mungkin telah ditempatkan di samping Bauer dan Feuerbach dalam bagian-bagian manual filsafat bagi kelompok Hegelian Kiri. Sebaliknya, berdekade-dekade aktivitas politik, studi dan karya kritis yang terus-menerus atas ratusan volume ekonomi-politik, sejarah, dan disiplin-disiplin lain, mengubah intelektual tahun 1844 itu menjadi salah satu pemikir yang paling brilian dalam sejarah umat manusia. Sebagai hasilnya, tahapan-tahapan awal dari perkembangan teoretisnya, yang terutama nampak dalam Naskah-Naskah Ekonomi-Filsafat tahun 1844, meraih signifikansi yang akan memicu para pembaca dan peneliti lintas generasi.
Marcello
Musto